Bali Jadi Tujuan ISF – Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, mengungkapkan bahwa acara Indonesia International Sustainability Forum (ISF) akan kembali digelar pada tahun 2025, dan kali ini direncanakan berlangsung di Bali.
Sejak pertama kali diadakan pada tahun 2023, ISF telah menjadi platform penting untuk membahas isu-isu keberlanjutan. Acara tersebut terus berkembang, dengan topik keberlanjutan menjadi fokus utama dan melibatkan partisipasi yang lebih besar setiap tahunnya. Tahun 2024 menjadi bukti peningkatan skala acara, dan rencananya, ISF 2025 di Bali akan menjadi perhelatan yang lebih besar lagi.
Dihadiri oleh 53 Negara
Sebagai informasi, ISF 2024 dihadiri oleh perwakilan dari 53 negara, termasuk sejumlah pejabat dari negara tetangga Indonesia. Acara ini menarik perhatian para pembuat keputusan global yang berpartisipasi dalam 10 sesi pleno, sesi tematik, dan dialog tingkat tinggi. Semua sesi tersebut berfokus pada isu-isu penting seperti transisi energi, inklusivitas hijau, keanekaragaman hayati, konservasi alam, kehidupan berkelanjutan, dan ekonomi biru.
Menko Luhut juga menyampaikan bahwa ISF tidak hanya membahas ide dan konsep, tetapi juga menghasilkan dampak nyata. “Kami berharap banyak MoU penting akan ditandatangani dalam dua hari ke depan,” ujarnya. Ia juga menyampaikan apresiasi kepada Kamar Dagang Indonesia (KADIN) atas dukungan kuatnya terhadap ISF dan upayanya dalam memastikan sektor swasta menjadi bagian integral dari agenda keberlanjutan.
Jokowi Sindir Investasi Negara Maju soal Perubahan Iklim
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyoroti bahaya serius yang ditimbulkan oleh perubahan iklim. Dalam acara Indonesia International Sustainability Forum (ISF) 2024, Jokowi menegaskan bahwa transisi energi dan isu keberlanjutan adalah hal mendesak yang tidak bisa diabaikan untuk menghadapi perubahan iklim.
Menurut Jokowi, upaya mitigasi perubahan iklim tidak akan efektif jika hanya dilihat dari sudut pandang ekonomi. “Perubahan iklim tak akan pernah bisa terselesaikan selama dunia gunakan pendekatan ekonomi. Selama dunia hanya hitung keuntungan sendiri dan mementingkan ego sentris,” kata Jokowi dalam sesi pembukaan ISF 2024 di Jakarta Convention Center, Kamis (5/9/2024).
Kolaborasi Antarnegara Jokowi menekankan pentingnya pendekatan kolaboratif antarnegara dan berprikemanusiaan untuk menghadapi perubahan iklim, agar proses transisi energi tidak mengorbankan rakyat kecil. Ia menambahkan bahwa ekonomi hijau bukan hanya soal lingkungan, tetapi juga tentang menciptakan kesejahteraan yang berkelanjutan bagi rakyat.
Indonesia, lanjut Jokowi, memiliki potensi besar dalam energi hijau dengan kapasitas lebih dari 3.600 GW. Salah satu proyeknya adalah PLTS Apung di Waduk Cirata dengan kapasitas 192 MW, terbesar di Asia Tenggara dan ketiga terbesar di dunia. Selain itu, Indonesia juga memiliki kawasan hutan mangrove terbesar di dunia seluas 3,3 juta hektare, yang mampu menyerap karbon 8-12 kali lebih baik daripada hutan hujan tropis.
Baca juga artikel kesehatan lainnya.